Siswa-siswi SD Islam Terpadu Al Ibrah melakukan kunjungan ke Kantor Pos Gresik Tidak sedikit satuan pendidikan umum yang mengusung kon...
![]() |
Siswa-siswi SD Islam Terpadu Al Ibrah melakukan kunjungan ke Kantor Pos Gresik |
Tidak sedikit satuan pendidikan umum yang mengusung konsep keagamaan. Rata-rata, model yang diterapkan adalah memadukan nilai-nilai agama sebagai bagian integral dari pendidikan. Namun penerapan nilai keagamaan di SD Islam Terpadu Al Ibrah Gresik http://alibrahgresik.or.id/home/terbilang unik dan berbeda. Pihak pengelola sampai menjaga kualitas ibadah semua guru melalui kegiatan murobbi secara berkala, mingguan dan bulanan.
Dituturkan oleh Kholifah, S.Pd,
Koordinator bidang Kurikulum, kegiatan murobbi digelar sebagai ajang
berkumpulnya pada guru SDIT Al Ibrah. Namun agenda pertemuan tidak ada
sangkut paut dengan teknis pembelajaran. Kegiatan ini secara khusus
untuk saling mengontrol sekaligus menguatkan kualitas ibadah yang sudah
dijalankan oleh para guru. Murobbi sendiri digelar berkala setiap akhir
pekan dan juga bulanan.
“Setiap guru, ibaratnya, melaporkan
kegiatan ibadah yang sudah dilakukan selama seminggu. Baik ibadah wajib
maupun sunah, seperti Tahajudnya, puasanya, hingga mengajinya. Dari sini
setiap guru bisa saling mengontrol sekaligus mengingatkan guru yang
lain agar tidak menurunkan kualitas ibadah,” jelas Kholifah.
Tradisi ini, lanjut Kholifah, harus
dilakukan sebab akan menjadi panutan bagi anak didik. Terlebih saat guru
hendak mengajarkan nilai-nilai keislaman pada anak. “Orang luar mungkin
melihat ini sebagai paksaan beribadah. Tapi bagi kami hal ini memang
penting dan harus. Sebagai satuan pendidikan yang mengintegrasikan
nilai-nilai agama, maka semua guru terlebih dulu sudah mengintegrasikan
nilai itu dalam kehidupannya,” terangnya.
Bahkan pada agenda murobbi bulanan,
seperti dituturkan Janan SPd selaku Tim Pelaksana Harian Yayasan bidang
Humas, pihak sekolah menghadirkan kalangan dari luar. Gunanya untuk
memberi pandangan, ceramah, pencerahan, sekaligus memotivasi guru untuk
terus beribadah. Selain dari kalangan Jaringan Sekolah Islam Terpadu
(JSIT), pihak yang diundang juga para praktisi atau sosok sukses yang
tetap menjaga kualitas ibadahnya
.
“Kami merasa bahwa menjaga kualitas
ibadah itu butuh sedikit paksaan sekaligus motivasi, meski kami ini
sudah dewasa dan guru. Sebab itu memang penting bagi anak didik. Tidak
sedikit orang yang ingin bergabung di JSIT, namun saat tahu ada syarat
seperti ini (kontrol kualitas ibadah –red), mereka memilih mundur,”
tegas Janan.
Hasil murobbi para guru ini memang
membawa dampak positif bagi anak didik. Dituturkan Janan, guru menjadi
lebih percaya diri saat mengajak anak beribadah sekaligus menanamkan
nilai agama. Anak didik pun lebih mantap beribadah sebab mendapat
panutan dan keteladanan. Imbas lanjutannya, secara psikologis, anak
turut membawa suasana beribadah yang kondusif bagi orang tua di rumah.
“Banyak orangtua siswa yang mengaku
sendiri kalau di rumah kerap diingatkan sekaligus diajak anaknya untuk
ibadah. Sebab itu yang kami ajarkan di sekolah dan dicontohkan langsung
oleh guru,” jelas Janan.
Selain dalam hal ibadah, penerapan nilai
keislaman di SDIT Al Ibrah juga dibiasakan dalam kegiatan keseharian.
Semisal doa, salat berjamaah, dan juga mengaji. Dijelaskan Kholifah,
khusus untuk mengaji, anak didik sekolah ini ditarget bisa membaca
dengan benar sekaligus menghafal ayat Alquran secara bertahap. Untuk
kelas 1 sampai 3 didorong menguasai Juz 30. Sedang kelas 4 hingga 6
mampu menuntaskan Juz 29.
“Ini ditopang dengan penerapan fullday
hingga jam 15.30 WIB. Jadi anak didik ada waktu untuk kegiatan mengaji
secara intensif. Pengajarnya juga khusus, ada tim tahsin (kualitas baca
Al Quran) dan tahfidz (menghafal Al Quran)disamping tetap dibantu oleh
guru kelas masing-masing,” pungkas Kholifah.(harbi/sam)